Jumat, 20 Januari 2012

WAFER (We Are Friends forevER)


ini Cerpen yang dikerjakan hanya dalam bebrapa jam tapi memiliki arti yg dalam buat ane n sohab-sohib ane.... 
WAFER
Investigation team.jpeg(Ayu. Laura & Chan, 2011)
          Persahabatan kami berawal dari kelas 2 SMP di saat kami sudah sangat begitu dekat, kami membentuk suatu club dimana klub tersebut terbagi lagi menjadi 2 subclub, Subclub pertama terdiri dari 4 cewek yang diberi nama Aegis dan subclub ke-2 terdiri dari 4 orang cowok yang diberi nama Aeter. Aku, Lintang, Priska dan Mia adalh anggota Aegis sedangkan Ari, Adri, Yoga dan Galuh adalh anggota Aeter. Kami sangat akrab dan saling menyayangi satu sama lain, semua itu berjalan jika kami sedang diluar kelas. Namun, bila kami sedang didalam kelas, status sahabat yang kami kantongi, harus kami lepas untuk sementara waktu dan menggantinya dengan predikat rival atau dapat dikatakan sebgai Saingan. Persaingan yang kami anut adal persainngan yang sehat dan sportif. Meskipun kami bersaing dan berunjuk gigi di kelas kami tidak pernah memasukan kejadian-kejadian persaingan tersebut dalam hati dan menjadi dendam. Jadi Kami tak pernah bertengkar secara berlebihan bila telah berada diluar kelas.
          Persahabatan kami terus berlanjut dan terus mengalir seperti air tanpa melalui pertengkaran yang berarti atau pertengkaran yang dapat mengancam retaknya persahabatan kami. Sampai pada suatu waktu salah satu anggota dari Club Aeter yang bernama Ari mulai menjauh dari kami tanpa alasan yang jelas. Tanpa alasan yang kami mengerti. Semua itu pertama kali disadari oleh salah satu anggota Aegis yang bernama Lintang, kemudian Lintang menceritakannya kepadaku.
“ ‘Ya, kenapa yah Ari rasanya seperti menjauh dari kita?” kata Lintang.
“ah, mungkin Cuma perasaanmu saja, memang sih dia jarang ke kantin dengan kita, tapi itu masih wajar saja menurutku” jawabku dengan santai.
Investigation team.jpeg“Iya yah. Mungkin Cuma perasaanku saja,” jawab Lintang.
“Kamu kebanyakan baca komik tuh,” gurauku yang dilanjutkan dengan gelak tawa kami bersama.
Setelah beberapa hari dari perkataan Lintang aku pun mulai menyadari ada yang berubah dari sikap Ari terhadap Kami, hal ini juga dirasakn oleh anggota Aeter lainnya. Banyak cerita yang kudengar dari anggota Aeter. Mereka mengatakan bahwa Ari sudah jarang ke kantin bersama mereka. Ari juga suddah tidak pernah lagi ke perpustakaan bersama mereka. Kamipun pernah menanyakan kepada Ari, mengapa dia seperti membuat jarak dengan kami. Tapi dia menjawab dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa.
“Ah, kalian ini ada-ada saja. Mungkin, itu hanya kebetulan saja, lagipula buat apa aku membuat jarak dengan kalian?” begitu jawab Ari saat kami tanyai. Jawabannya seperti membuat kami terjebak labirin yang tak tahu dimana pintu keluarnya.
Sore itu kami berencana mengadakan belajar kelompok dirumahku. Semuanya telah menyeetujuinya, kecuali Ari. Dia menolak dengan berkata bahwa dia ada acara keluarga. Kamipun tak marah atau kecewa dengan dia. Karena kami pikir alasan yang diberikannya masih Rasional. Namun untuk memastikanya kami bertanya pada adiknya Alif, namun Alif mengatakan bahwa tidak ada acara keluarga sore itu. Kecurigaan kami makin bertambah. Berbagai pikiran negatif menghantui pikiran kami tentang Ari.
Esok harinyan kami memutuskan untuk diam padanya, namun dia menganggap biasa seperti tidak sedang terjadi apa-apa, malah kami seperti dicuekin olehnya. Kegeraman kami malah semakin menjadi, karena pada sorenya Ari malah lebih memilih pulang les dengan anak-anak dari kelas lain dibandig kami sahabatnya. Kamipun semakin yakin bahwa Ari berniat untuk memutuskan persahabatan kami.
Investigation team.jpegAkhirnya kami sepakat untuk membuat suatu permainan yang dapat membuat kami saling menjauh untuk sementara waktu, yaitu permainan perang dingin. Sebenarnya permainan itu hanya siasat kami, apakah Ari dapat bertahan atau tidak menjalankan hari-hari tanpa bayang-bayang dari kami. Kamipun mengajukan usul kami kepada Ari dan... kelihatannya Ari sangat antusias dengan usul kami itu. Akhirnya kami sepakat untuk memainkan permainan tersebut dengan ketentuan perang dingin berlangsung selama 1 minggu, dan salah satu club akan dinyatakan kalah jika salah satu dari anggota Aegis atau Aeter dengan sengaja atau tidak sengaja mengajak lain anggota club lawan berbicara. Dan bagi club yang kalah harus menuruti segala permintaan club yang menang selama 3 hari. Perang dingin kami berlangsung dengan sangat lancar dan belum ada yang dinyatakan kalah. Semua saling menghindar. Sebenarnya bukan menang atau kalah yang kami cari, tapi gerak-gerik dari Ari-lah yang ingin kami lihat. Sesuatu yang diluar dugaan, Ari malah kelihatan tambah enjoydengan kondisi seperti itu.
Beberapa hari kemudian kami memutuskan untuk mengakhiri perang dingin itu. Karena, dilihat dari hasilnya Ari malah semakin menjauh dari kami. Dalam nurani kami tak ingin kehilangan Ari, karena kami sangat menyayanginya. Akhirnya kami sepakat menugaskan salah 2 teman kami yakni Priska dari Aegis dan Galuh dari Aeter untuk berbicara didepan Ari. Hanya sekedar ingin menunjukkan dan agar Ari tahu bahwa perang dingin telah berakhir dan kami dapat berinteraksi lagi seperti biasa. Namun, Ari seperti mengacuhkan hal tersebut dan bertingkah layaknya kami masih perang dingin.
Dua minggupun berlalu, tetapi Ari tetap memperlakukan kami seperti teman bukan sahabat. Masih ada jarak diantara kami. Tak jarang kami melihatnya bermain dengan anak-anak kelas sebelah. Perasaan takut pun muncul. Kami takut dia akan terpengaruh dengan anak-anak kelas sebelah yang terkenal dengan kenakalan mereka. Apalagi tempat nongkrong anak-anak itu dekat dengan rumah Ari. Saking nakalnya mereka sampai-sampai Bu Yanti yang dikenal sangat Killer sampai tak kuasa mengatasi kenakalan mereka. Di sisis lain salah satu anggota dari gank nakal tersebut adalh anak dari Donatur bear di sekolah kami. Ketakutan kami semakin menjadi-jadi setelah kami sering melihat Ari pulang bersama mereka stiap sekolah usai. Kami ingin menegurnya tapi karena perlakuannya yang seperti tidak menganggap kami sehabat makanya kami berpura-pura acuh padanya. Sebenarnya dari sorot pandang Ari, sepertinya ia ingin ingin agar kami mengajak dia untuk pulang bersama, tapi setelah apa yang telah diperbuat kepada kami, kamipun berusah menjauh dari dia. Agar ia rasakn apa yang juga kami rasakan.
Esok harinya Ari menyodorkan undangan pada-ku dan Adri yang sedang mengobrol di kantin.
“Naya, ini undangan untuk anggota Aegis, kamu Tolong beritahu mereka ya. Soalnya aku tak bertemu mereka” kata Ari sembari menyodorkan 4 undangan untuk Aegis.
“ya akan kusampaikan” jawabku sambil tersenyum. Cara berbicaranya seolah-olah kita baru saj kenal. Berbicara tanpa basa-basi seperti yang dulu kami lakukan saat belum menjadi akrab. Sebenarnya aku ingin bertanya pada Ari ada acara apa tapi Ari langsung berlalu layaknya angin yang menerbangkan undangan-undangan tadi. Akupun segera menyampaikan undangan-undangan tersebut untuk teman-teman dari Aegis dan ternyata undagan-undangan itu adalh undangan Ulang tahun Ari. Mia teman kami salah satu anggota Aegis bermaksud untuk tidak datang ke acara itu karena kekesalannya terhadap Ari. Priska pun ikut-ikutan tak ingin datang juga. Tapi aku dan Lintang berusaha membujuk Mia dan Priska untuk datang.
“nggak ada salahnya jugakan kalau kita datang, biar dia begitu Ari juga masih sahabat kita.” Kata Lintang.
“iya, betul tuh kata Lintang, meskipun di memperlakukan kita seperti itu bukan berarti kita harus membalasnya kan?” sambungku.
“iya juga ya” jawab Mia dan Priska serentak. Lalu Lintang menyambung,
“Kalau ‘gitu berarti ‘bentar kita kumpul dirumah Naya jam 4 supaya kita barenggan ke rumah Ari,”
“Bagaimana kalau kita tanyakan juga anggota Aeter, apa mereka juga mau pergi bareng kita atau sendiri-sendiri” kata Priska.
Sesaat kemudian Galuh lewat dihadapan kami,
“GALUUUH!!!” panggil kami berempat.
Dengan gaya-nya yang gokil, Galuh membalas panggilan kami dengan Sahutan yang mirip Mr.Bean. Setelah kami tanya ke Galuh ternyata anggota Aeter tidak berniat untuk datang ke acara ultah Ari. Kaget akan jawaban Galuh kami lalu mengkonfirmasikan ke Adri. saat kami menanyai Adri tentang jawaban Galuh,
“Pergi ke ultahnya??? Tch.. mending aku dirumah ‘ngerjain PR yang bertumpuk daripada aku harus pergi ke acara seorang pengkhianat yang ‘ninggalin teman ‘gitu ‘aja tanpa alasan yg logis. Buang-buang waktu!!” Jawab Adri dengan Nada Marah bersamaan dengan munculnya Yoga.
“ ’Dri ‘gak boleh ‘gitu, Ari kan tetap sahabat kita, pasti semua ini ada penjelasannya” kata Yoga dengan nada tenang.
“Sahabat?! Sahabat katamu? Meskipun dia sekarang masih menganggapku sahabat, tapi aku. TIDAK!!” ucap Adri sembari membuang ludah dan berlalu meninggalkan kami yang terpaku akan ucapannya.
“huufft... sepertinya  persahabatan kita sedang diujung tanduk” ucap Priska disertai helaannya.
“Trus sekarang ‘gimana? Apa kita harus pergi tanpa Adri? trus ‘gimana ‘ngasih alasannya ke Ari nanti?” tanyaku bertubi-tubi.
“Sepertinya kita harus pergi tanpa Adri, lihat cara marahnya tuh! Apa kalian masih mau memaksanya pergi?” sahut Yoga.
ogah deh. Marahnya aja kayak Singa kehilangan anaknya”gurau Priska. Kami pun tertawa bersama mendengar gurauan Priska.
Sorenya kamipun menuju Rumah Ari, sesampainya disana ternyata sudah banyak orang. Ari pun langsung menghampiri Kami anggota Aegis-Aeter tanpa Adri tentunya. Kami sangat merindukan saat-saat seperti ini, saat-saat dimana kami saling mengobrol bersama dan tertawa bersama. Pertanyaan yang tidak kami harapkan akhirnya keluar dari mulut Ari.
“Adri mana? kok ‘gak datang?” tanya Ari.
Kami mencoba menjawab tetapi terbata-bata, kami tak sanggup mengatakan yang sebenarnya pada Ari hingga Yoga meluruskan perkataan kami.
“Adri ada acara keluarga ‘Ri, sebenarnya dia mau ikut tapi kami bilang ‘gak usah karena itu acara penting keluarganya.” Tegas Yoga.
“oouwh” jawab Ari singkat.
“ya udah ‘gak papa, aku ke sana dulu yah. Kalian silahkan makan hidangan yang ada.” Kata Ari sambil berlalu.
“Itu kan. Aku bilang apa! Buat apa kita datang kalau jadinya juga kita dicuekin sama dia!” kata Galuh.
“Ssstt... tidak boleh gitu, ya wajar dong dia tidak bersama kita. Ini-kan acara dia jadi dia haru Ramah pada semua Tamu!” jawabku mencoba membela Ari.
Setelah 1 jam berlalu kamipun langsung pamitan pada Ari. Kami pulang karena lama-kelamaan merasa kami memang dicuekin, Ari juga tak melarang kami ia bahkan tidak bertanya mengapa kami pulang lebih awal dibandingkan Tamu yang lain.
“terima kasih yah kalian sudah mau datang” kata Ari sebelum kami pergi.
Saat kami tiba di depan pagar kami melihat Adri yang tiba-tiba datang. Adri pun bertanya
“Kenapa kalian pulang? Acaranya udah selesai yah?” tanya Adri. kami menggeleng.
“Atau.. kalian dicuekin lagi yah sama Ari?” tanya Adri Sinis.
“’Nggak kok!, kami ‘aja yang mau pulang!” Balas Lintang.
“Ah kalian bohong!” balas Adri tidak percaya.
Saat itu juga  Ari yang melihat kami berlari  masuk kedalam Rumah diiringi suara guntur yang bergemuruh. Adri terlanjur terbawa oleh emosinya di berlari ke depan rumah Ari dan berteriak’
“Ari!! Apa kau tak mengnggap kami sahabat lagi?!! Ada masalah apa kau hingga menjauhi kami seolah-olah kami ini tidak ada! Setelah bertahun-tahun kita bersahabat cuma sampai disni saja kau menghargai persahabatan kita?! Mulai detik in persahabatan kita Putus!!!” teriak Adri dengan muka merah padam.
Tak lama kemudian Ari Keluar dibarengi dengan Hujan yang lebat. Para tamu undangan yang lain pun keluar dan memperhatikan kami.
“Maaf guys aku ‘gak bermaksud demikian” kata Ari.
“Lalu apa?!!” timpal Adri yang emosinya telah sampai ujung kepala.
“ ‘Dri aku mau kamu menarik kembali kata-katamu itu, bagaimanapun juga aku tetap menyayangi kalian sebagai sahabatku. Aku kayak gini supaya aku bisa terbiasa tanpa kalian nanti di Semarang” Ucap Ari sedih.
“Semarang?!!” ucap kami serentak.
Sesaat keheningan menyelimuti kami. Sesaat kami hanya berdiri dibawah siraman hujan yang deras. Sesaat kami hanya terdiam seolah terkalahkan oleh guntur yang menggelegar. tidak terbayangkan sama sekali inilah penyebabnya.
“Besok aku akan berangkat bersama orangtuaku kesana” kata Ari memecah keheningan dengan nada sedihnya.
“kenapa kau tak pernah cerita ke kami?” tanya Yoga
“karena aku tak ingin membuat kalian sedih. Jadi, kuharap kalian masih menganggap aku sahabat.” Kata Ari sambil menatap kami dengan matanya yang basah.
Adri langsung memeluk Ari diikuti dengan aku, Lintang, Yoga Priska, Mia dan Galuh. Kami berpelukan dibawah Hujan yang sangat deras. Hujan sore itu seolah menjadi perwakilan dari Hati kami yang menangis karena akan nerpisah ddengan sahabat kami tersayang.
Esoknya, kami mengantar Ari ke bandara. Setelah 2 jam menunggu pesawat ddengan tujuan Jakarta –Semarang. Derai air mata tak kuasa lagi kami tahan kami pun satu persatu memeluk Ari. Kami berkata pada Ari bahwa ia salah jika berpikir bahwa persahabatan kita akan terputus bahwa kami kan hilang darinya hanya karena terpisah oleh jarak karena kita selamanya sahabt.
Setelah itu kami semua pun sam-sama menyerukan
“Wafer!!” yang berarti We Are Friends Forever!!

0 komentar:

Posting Komentar