That Boy
Kepalaku pusing dan pandangan-ku berkunang-kunang karena berdiri menadah panas pada siang itu. Yah MOS sekolah baru, apel siang yang katanya nerakanya MOS. Hampir saja aku hilang kesadaran tapi pada saat itu aku merasa sebuah tangan menahanku dari belakang agar aku tidak jatuh. Aku pun menolehkan kepalaku ke belakang, dan aku melihat seorang anak laki-laki tersenyum kepadaku. Kuperhatikan dia yang masih tersenyum padaku, anak itu sedikit lebih tinggi dari ku, badannya bidang dan tegap, rambutnya dipotong cepak dengan pakaian setengah rapi. Aku kembali melihat wajahnya, ia masih tersenyum melihatku yang berusaha menahan diri agar tidak jatuh. Ada apa dengan anak ini.
“kau mengejekku? Maaf aku memang lemah tapi aku tidak membutuhkan bantuanmu” kataku sambil menepis tangannya dari punggungku. kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku yang kesal melihatnya seolah dia sedang mengejekku dengan membantuku. Dia terlihat kaget saat aku berkata seperti itu. Tapi aku tidak peduli pada saat itu, aku langsung memutar kepalaku kembali menghadap kedepan sambil berusaha fokus agar tidak pingsan. Entah kenapa perlahan-lahan pandanganku memutih, dadaku sesak dan saat aku nyaris tersungkur aku merasa ada seseorang yang menahanku tapi aku tidak dapat melihat siapa itu. Mungkin guru, pikirku.
Tiba-tiba aku merasa kakiku dingin. Ternyata sepatuku dilepas dan aku sedang berada di UKS sekolah. Aku tahu itu UKS karena kemarin aku sempat mengantarkan seorang siswi kesini. Aku mencoba memandang ke sekelilingku dan mendapati seorang sedang duduk disamping ranjang tempat aku berbaring. Itu anak laki-laki yang tadi. Sebelum aku sempat berbicara dia angkat bicara.
“maaf yah, tadi aku hanya ingin menolong bukan mengejekmu” katanya disertai senyum sambil menatapku.
“hng... kau yang mengangkatku kesini?” tanya-ku
“ya. Kau ringan sekali. Tidak makan yah”jawabnya diiringi tawa kecil.
Aku tau dia hanya bercanda, dan akupun memalingkan mukaku darinya. Dia pun menjadi takut.
“eeh.. maaf,maaf bukan maksudku ngejek kamu, jangan marah aku cuma bercanda” katanya.
“aku tidak marah padamu! Hanya saja aku merasa malu pada diriku yang bisa begini lemahnya” jawabku dengan nada yang agak tinggi.
Aku bisa melihat wajah kagetnya mendengar jawabanku. Sambil cekikikan dia bilang tidak apa-apa toh juga panas hari itu benar-benar gila. Tiba-tiba dia terdiam dan memandangiku. aku diam saja menghiraukan pandangannya. Dia pun mulai lagi membuka pembicaraan.
“hey, kita belum kenalan, aku Kyle. Siapa namamu?” tanyanya sambil menyodorkan tangannya.
“Chris.” Jawabku singkat sambil menjabat tangannya.
“senang berkenalan denganmu, Chris” katanya dengan senyumnya.
“yeph... senang berkenalan denganmu Kyle” kataku sambil berusaha membalas senyumnya. Dalam hatiku aku berkata “Anak ini aneh” tidak biasanya ada anak lain yang tertarik untuk berteman dengan ku. Ingin aku bertanya ada apa dari diriku sehingga dia bisa-bisanya ingin berteman denganku. Tapi, yah nanti sajalah kutanyakan toh juga tak terlalu penting. Kami pun kembali ke barisan karena apel siang itu hampir selesai. Kulirik dengan ekor mataku, Kyle yang berdiri di belakangku ia sedang berbicara dengan seorang anak disampingnya, hingga guru menyuruhnya untuk diam. Dalam hati aku merasa senamg mendapatkan teman dihari pertama sekolah baru. Memang hal itu terdengar konyol atau menyedihkan, payah, bahkan terlalu kekanak-kanakan tapi apalah. Perjalananku pun menunggu didepan mata bersama anak aneh bernama Kyle itu.
0 komentar:
Posting Komentar